Kamis, 16 Juli 2009

Life is so Short

Bila dilihat dari judulnya saja artikel kali ini terasa begitu mencekam, kelam dan gelap. Kalimat ”Life is so short” tidak enak untuk didengar apalagi untuk diucapkan. Dan maafkanlah karena saya berani mengambil topik yang untuk sebagian orang takut membicarakannya. Saya hanya ingin memberikan gambaran betapa singkatnya hidup ini sehingga kita harus menjalani hidup dengan sebaik-baiknya dan melakukan sesuatu yang berguna.

Hidup di dunia ini sangat singkat kematian bisa datang kapan saja, di mana saja dan dialami oleh siapapapun. Kematian tidak dapat kita tolak, cepat atau lambat, kita semua akan kembali kepada Sang Pencipta. Terkadang kematian datang pada saat kita belum berbuat sesuatu kepada orang yang kita cintai misalnya orang tua kita, tetapi mereka sudah pergi mendahului kita.

Kemudian saya mulai merenung mengenai hal tersebut, lalu muncul pertanyaan-pertanyaan dalam diri saya bagaimana jika kematian sendiri itu datang begitu cepat apa yang sudah kita lakukan dalam hidup ini? Sudahkah hidup saya berguna untuk diri sendiri dan orang lain? Saya mulai menyusun logika dan menarik garis merah mengenai hal-hal yang menjadi pertanyaan saya tersebut. Lalu saya mendapatkan sebuah jawaban dari pertanyaan tersebut yaitu belajar.

Mengapa manusia harus belajar? Manusia harus belajar selama hidupnya, belajar itu bukan hanya untuk mempelajari ilmu pengetahuan atau menemukan suatu hal baru tetapi untuk mengubah perilaku manusia yang semula tidak baik menjadi baik, yang tadinya salah menjadi benar, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Sepandai apapun kita bila tidak digunakan untuk kebaikan umat manusia maka ilmu yang kita miliki adalah sia-sia saja. Ya kita hidup di dunia ini untuk belajar, belajar untuk jujur, adil, saling mengasihi antar sesama manusia, penuh kasih sayang dan sebagainya. Kita belajar bukan untuk menjadi orang hebat, mendapat gelar dan sukses. Tetapi kita belajar untuk menjadi berkat dan manfaat bagi diri sendiri, keluarga, maupun orang lain.

Kesimpulan yang dapat saya berikan adalah marilah kita semua terus belajar dimana saja baik itu di rumah, di sekolah, di tempat kerja atau lingkungan sekitar kita. Selama keinginan masih ada, belajarlah menjadi berkat dan manfaat bagi orang-orang lain walaupun hasilnya tidak seperti yang kita harapkan karenanya teruslah belajar selama hidup, apapun hasilnya, sebab itulah misi manusia.

Jumat, 01 Mei 2009

The Light Of God


Cerita kali ini masih berfokus pada nilai-nilai kebenaran yang tercakup dalam The Golden Rules seperti tidak boleh berbohong, harus jujur, adil, saling mengasihi antar sesama manusia, penuh kasih sayang dan sebagainya. Dengan berbekal The Golden Rules tersebut maka perjuangan hidup kita untuk mencapai tujuan, akan jauh lebih bermakna.

Bryan hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri dipinggir jalan itu, tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita tua itu membutuhkan pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiacnya di depan mobil Mecedes wanita tua itu, lalu ia keluar dan menghampirinya.

Walaupun dengan wajah tersenyum wanita itu tetap merasa khawatir, karena setelah menunggu beberapa jam tidak ada seorang pun yang menolongnya.

Apakah lelaki itu bermaksud menyakitinya?

Lelaki tersebut penampilanya tidak terlalu baik, ia kelihatan begitu memprihatinkan. Wanita itu dapat merasakan kalau dirinya begitu ketakutan, berdiri sendirian dalam cuaca yang begitu dingin, sepertinya lelaki tersebut tau apa yang ia pikirkan. Lelaki itu berkata "Saya kemari untuk membantu anda bu, kenapa anda tidak menunggu didalam mobil bukankah disana lebih hangat? oh ya nama saya Bryan.”

Bryan masuk kedalam kolong mobil wanita itu untuk memperbaiki yang rusak.

Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor dan lelah, wanita itu membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara kepadanya, ia berkata bahwa ia dari St. Louis dan kebetulan lewat jalan ini. Dia merasa tidak cukup kalau hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.

Wanita itu berkata berapa yang harus ia bayar, berapapun jumlahnya yang ia minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa yang akan terjadi jika lelaki tersebut tidak menolongnya. Bryan hanya tersenyum.

Bryan tidak mengatakan berapa jumlah yang harus dibayar, karena baginya menolong orang bukanlah suatu pekerjaan. Ia yakin apabila menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan suatu hari nanti Tuhan pasti akan membalas amal perbuatanya.

Ia berkata kepada wanita itu " Bila ia benar-benar ingin membalas jasanya, maka apabila suatu saat nanti apabila ia melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan maka tolonglah orang tersebut "...dan ingatlah pada saya".

Bryan menunggu sampai wanita itu menstater mobilnya dan menghilang dari pandangan.

Setelah berjalan beberapa mil wanita itu melihat kafe kecil, lalu ia mampir kesana untuk makan dan beristirahat sebentar. Pelayan datang dan memberikan handuk bersih untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Wanita itu memperhatikan sang pelayan yang sedang hamil, dan masih begitu muda. Lalu ia teringat kepada Bryan

Setelah wanita itu selesai makan dan, sang pelayan sedang mengambil kembalian untuknya, wanita itu pergi keluar secara diam-diam.

Setelah kepergiannya sang pelayan kembali, pelayan itu bingung kemana wanita itu pergi, lalu ia menemukan secarik kertas diatas meja dan uang $1000. Ia begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis oleh wanita itu:

"Kamu tidak berhutang apapun pada saya karena seseorang telah menolong saya, oleh karena itulah saya menolong kamu, maka inilah yang harus kamu lakukan:

"Jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta dan kasih sayang".

Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, ia berpikir mengenai uang dan apa yang di tulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia dan suaminya sangat membutuhkan uang untuk menanti kelahiran bayinya?

Ia tahu bagaimana suaminya sangat risau mengenai hal ini, lalu ia memeluk suaminya yang terbaring disebelahnya dan memberikan ciuman yang lembut sambil berbisik: "semuanya akan baik-baik saja, I Love You Bryan".

Pesan moral dari cerita di atas:

Dalam diri setiap manusia terdapat Light yang berasal dari Sang Khalik. Light ini masih berupa benih atau potensi sehingga perlu untuk dirawat, dipupuk dan diwujudkan. Yang menjadi masalah bila potensi tersebut tidak ditumbuhkan tetapi yang ditumbuhkan justru benih-benih penganggu (Darkness). Benih-benih Darkness ini berupa ego contoh: kamu lebih baik dari yang lain, kamu pandai dan dia bodoh dan masih banyak lagi contoh lainnya. Akhirnya ego-ego tersebut justru akan menutup dan membelenggu Light dalam diri kita. Semoga cerita mengenai benih/potensi kebaikan ini dapat menumbuhkan, merawat atau bahkan dapat mewujudkan potensi Light dalam diri kita yang pada akhirnya dapat digunakan untuk kebaikan umat manusia. Everyone has darkness in their hearts, but they fight against it, right?

Kebahagiaan


Sering kali pikiran kita terbebani oleh berbagai macam hal dalam hidup seperti pekerjaan sekolah, kantor atau rumah yang belum terselesaikan, target yang belum tercapai dan masih banyak lagi. Selain berbagai macam hal tersebut, ada juga perasaan kecewa, sakit hati, marah, dendam dan berbagai macam perasaan lain yang masih terpendam di dalam hati. Pola pikir (mindset) kita kemudian terfokus pada beban-beban tersebut, sehingga hari-hari yang kita jalani menjadi tidak bahagia karena begitu terasa berat, melelahkan dan penuh penderitaan.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya kembali lagi ingin berbagi insight / kairos kepada rekan-rekan sekalian sehingga dengan membaca cerita di bawah ini dapat kembali membangkitkan fighting spirit yang redup menjadi fighting spirit yang kembali berkobar-kobar.

Seorang Kakek berumur 92 tahun yang mempunyai selera tinggi, percaya diri, dan bangga akan dirinya sendiri, yang selalu berpakaian rapi setiap hari sejak jam 8 pagi, dengan rambutnya yang teratur rapi meskipun dia buta, masuk ke panti jompo hari ini. Istrinya yang berumur 70 tahun baru-baru ini meninggal, sehingga dia harus masuk ke panti jompo.

Setelah menunggu dengan sabar selama beberapa jam di lobi, dia tersenyum manis ketika diberi tahu bahwa kamarnya telah siap. Ketika Kakek itu berjalan mengikuti penunjuk jalan ke elevator, si pengurus menggambarkan keadaan kamarnya yang kecil, termasuk gorden yang ada di jendela kamarnya.

"Saya menyukainya", katanya dengan antusias seperti seorang anak kecil berumur 8 tahun yang baru saja mendapatkan seekor anjing. "Kakek kan belum melihat kamarnya", sahut si pengurus heran. "Itu tidak ada hubungannya nak..", jawab Kakek tersebut sembari tersenyum.

"Kebahagiaan adalah sesuatu yang diputuskan di awal."

Apakah aku akan menyukai kamarku atau tidak, tidak tergantung dari bagaimana perabotannya diatur tapi bagaimana aku mengatur pikiranku. Aku sudah memutuskan menyukainya. Itu adalah keputusan yang kubuat setiap pagi ketika aku bangun tidur."

"Aku punya sebuah pilihan, aku bisa menghabiskan waktu di tempat tidur menceritakan kesulitan-kesulitan yang terjadi padaku karena ada bagian tubuhnya yang tidak bisa berfungsi lagi, atau turun dari tempat tidur dan berterima kasih atas bagian-bagian yang masih berfungsi."

"Setiap hari adalah hadiah, dan selama mataku terbuka, aku akan memusatkan perhatian pada hari yang baru dan semua kenangan indah dan bahagia yang pernah kualami dan kusimpan."

Hanya untuk kali ini dalam hidupku. Umur yang sudah tua adalah seperti simpanan di bank, dan sekarang aku akan mengambil dari yang telah aku simpan selama ini.

Jadi, nasehatku padamu adalah untuk menyimpan sebanyak-banyaknya kebahagiaan di bank kenangan kita.

Terima kasih padamu yang telah mengisi bank kenanganku. Aku sedang menyimpannya.”

Pesan moral dari cerita tersebut:
Kebahagiaan dalam hidup itu tidak ditentukan dari banyaknya hal-hal yang kita miliki tetapi bagaimana kita bersyukur atas segala yang kita miliki. Maka mulailah dengan lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia: (1) Bebaskan hatimu dari rasa benci, (2) Bebaskan pikiranmu dari segala kekhawatiran, (3) Hiduplah dengan sederhana, (4) Memberi lebih, dan (5) Tidak mengharapkan balasan lalu perhatikanlah apa yang terjadi.

Jumat, 10 April 2009

Dalam Keputusasaan Ada Harapan


Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita berharap agar semua yang kita lakukan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan dan kesulitan yang berarti. Namun kenyataanya tidaklah demikian. Kita menghadapi apa yang dinamakan cobaan dan kita mempunyai keterbatasan dalam menghadapi cobaan tersebut dan dari keterbatasan tersebut timbullah keputusasaan. Pada saat itu, kita berpikir bahwa hidup kita terasa hampa, rapuh dan tidak berguna. Semoga cerita ini dapat memberikan insight kepada kita semua yang saat ini sedang mengalami keputusasaan dalam hidup.

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung suatu pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang utuh itu selalu dapat membawa air penuh, setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Selama dua tahun hal itu terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun, si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberi setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannnya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata pada si tukang air, “Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.”

“Kenapa?” tanya si tukang air, “Kenapa kamu merasa malu?”

“Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya yang membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi,” kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, “Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separo air yang dibawanya telah bocor, dan kembali dia minta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tetapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang utuh. Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya.

Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”

Pesan Moral:

Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tidak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu.

Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita. Seseorang disebut sebagai orang yang sukses jika ia bisa tetap hidup dan menikmati kesuksesannya dengan rasa bersyukur.


Sabtu, 21 Maret 2009

Kairos




Dua hari yang lalu, seorang anak mengalami penderitaan yang disebabkan karena secara tidak sengaja ia menghilangkan barang pinjaman sang ibu. Sebagai hukuman, ibu ini kemudian memarahi si anak. Hal tersebut menjadi gumpalan kekecewaan bagi si anak yang termanifestasikan dalam bentuk rasa KESAL, SEDIH, dan juga MARAH. Si anak kemudian masuk ke dalam kamar dan menyalakan radio, dan secara tidak sengaja si anak terkejut atas apa yang telah didengarnya. Siaran radio tersebut berbunyi sebagai berikut :

Suatu hari seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Dia bertanya kepada Tuhan : “Para malaikat disini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup disana, saya begitu kecil dan lemah”?

Dan Tuhan menjawab, “Saya telah memilih satu malaikat untukmu. Ia akan menjaga dan mengasihimu.”

“Tapi disini, di dalam surga, apa yang pernah saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa. Ini sudah cukup bagi saya untuk berbahagia.”

Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari. Dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan menjadi lebih berbahagia.”

Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara kepadaku jika saya tidak mengerti bahasa mereka ?”

Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang pernah kamu dengar; dan dengan penuh kesabaran dan perhatian, dia akan mengajarkan bagaimana cara kamu berbicara.”

“Dan apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadaMu ?”

“Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.”

Saya mendengar bahwa di Bumi banyak orang jahat. Siapa yang akan melindungi saya?”

“Malaikatmu akan melindungimu, walaupun hal tersebut mungkin dapat mengancam jiwanya.”

“Tapi, saya pasti akan merasa sedih karena tidak melihatMu lagi.”

Malaikatmu akan menceritakan padamu tentang Saya, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepadaKu, walaupun sesungguhnya Aku akan selalu berada di sisimu.”

Saat itu Surga begitu tenangnya sehingga suara dari Bumi dapat terdengar dan sang anak bertanya perlahan, “Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Kamu memberitahuku nama malaikat tersebut ?

“Kamu akan memanggil malaikatmu, Ibu.”

Makna dari cerita diatas:

Setiap kata yang terucap dan tindakan yang dilakukan oleh seorang ibu sepedih atau sekeras apapun itu, tidak akan mengurangi kadar cintanya pada si anak. Ia bukan benci kepada si anak tetapi ia sedang memberikan gemblengan kepada si anak untuk berjuang, belajar, berjuang, belajar untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi di kemudian hari.


Note: Kairos berasal dari bahasa yunani yang berarti saat-saat seseorang mengalami sesuatu yang sangat menyakitkan tetapi di balik itu semua ada hikmah yang mendalam.


Jumat, 27 Februari 2009

Bertahan Dari Penderitaan dan Kekecewaan



Pada suatu petang yang sendu seekor anak kerang di dasar laut datang mengadu dan mengaduh kepada ibunya. Sebutir pasir tajam bagai sembilu, memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.


Anakku,” kata sang ibu sambil mencucurkan air mata, ”Tuhan tidak akan memberikan kepada kita sebuah tanganpun, sehingga ibu tidak bisa menolongmu. Sakit sekali, ibu tahu anakku. Namun terimalah ini sebagai takdir alam. Jadi, kuatkanlah hatimu, Nak. Jangan lagi terlalu lincah. Kerahkan semangatmu untuk melawan rasa ngilu itu. Tegarkan jiwamu untuk menanggung nyeriyang mengigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang dapat engkau perbuat anakku,” bujuk ibunya dengan lembut namun pilu.


Si anak kerang itu pun mencoba menuruti nasehat bundanya. Ada hasilnya memang, namun perih-pedih tak alang kepalang. Kadang di tengah erang kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Namun, tidak ada pilihan lain. Ia terus bertahan. Dan dengan banyak air mata ia berusaha tegar, mengukuhkan hati, menguatkan jiwa, berbulan-bulan lamanya.


Tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk di dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Kian lama kian bulat. Dan rasa sakitpun semakin berkurang. Mutiara itu pun semakin menjadi. Kini, bahkan rasa sakitnyapun terasa biasa. Dan ketika masanya tiba, sebutir mutiara besar utuh, dan mengkilap akhirnya terbentuk sempurna.


Si anak kerang berhasil mengubah pasir menjadi mutiara. Deritanya berubah menjadi mahkota kemuliaan. Air matanya kini menjadi harta yang sangat berharga. Dirinya sekarang, sebagai bentukan nestapa, lebih berharga daripada sejuta kerang lainnya yang Cuma disantap orang di bawah naungan tenda-tenda di pinggir jalan yang bertuliskan ”Sedia Kerang Rebus”. Kristal kekecewaanya kini telah menjadi perhiasan mahal dan bergengsi tinggi di leher-leher indah para perempuan kaya yang menambah kejelitaan mereka.


Dari kisah anak kerang tersebut saya teringat kembali pada suatu masa, ketika saya masih belajar di suatu universitas, masa dimana saya mengalami saat-saat yang sunyi, buntu dan dicekam rasa takut tanpa tahu sebabnya serta sering terjaga di tengah malam dengan air mata dan dipenuhi dengan banyak pertanyan tak terjawab. Suatu masa, ketika saya harus mencari pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikan S1 tahun 2005 yang silam, dimana saya menghadapi banyak kegagalan, kekecewaan, kekalahan, kemalangan, kesalahan, kerugian, dan ditolak. Pada saat saya awal bekerja pun pada akhir tahun 2006, cemoohan dan penghinaan pun masih menemani langkah saya. Bahkan pada saat ini, saya pun masih mempersiapkan diri untuk menderita lebih lanjut.


Pesan moral yang dapat kita peroleh adalah kita seharusnya bersyukur melalui kekecewaan dan penderitaan karena dengan serangkaian penderitaan dan kekecewaan tersebut kita akan semakin dibentuk menjadi orang yang luar biasa. Jadi, apabila anda sedang menderita hari ini, apapun jenisnya, apapun sebabnya, bagaimanapun beratnya, hanya satu hal yang dapat dilakukan Bertahanlah ! Endure it and then take it !


Senin, 16 Februari 2009

Zombie...Siapa Takut?


Beberapa bulan terakhir ini saya sering sekali bermimpi buruk. Dan kebanyakan mimpi buruk tersebut tentang hal-hal yang menakutkan seperti saya sedang berada dalam suatu ruangan dan dalam ruangan tersebut saya dikelilingi oleh sekumpulan zombie (sama seperti dalam film Dawn Of The Dead, bagi yang pernah nonton pasti tahu dan bagi yang belum nonton segeralah pinjam CD atau DVD nya di rental-rental film terdekat langganan anda he3). Kemudian untuk beberapa saat saya bertanya-tanya pada diri saya sendiri, apakah Zombie itu benar-benar ada ? Jika ada, apakah sama seperti dalam film atau game ? Untuk mengatasi rasa penasaran plus rasa takut saya tersebut, maka saya coba untuk mencari beberapa referensi yang berhubungan tentang zombie di internet (sebenarnya artikel ini sudah dimuat di majalah Hai beberapa tahun yang lalu) dan kenyataan yang saya dapatkan di lapangan dapat benar-benar mengejutkan saya. Enjoy !

Dari hasil penelusuran saya ada beberapa referensi yang saya dapatkan bahwa Zombie memang benar-benar ada. Zombie sebenarnya berasal dari pulai Haiti di Karibia. Mereka adalah orang-orang mati dan kemudian dihidupkan kembali oleh pendeta voodoo, dan dimanfaatkan untuk dijadikan budak selama sisa hidup mereka yang sangat menyedihkan. Orang-orang mati tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya ‘mati’ atau lebih tepanya sekarat atau mati suri. Mereka dibuat tampak seperti orang mati. Mereka dapat bergerak, makan, mendengar, berbicara, namun mereka tidak mempunyai ingatan dan wawasan tentang kondisi mereka sendiri saat itu.

Di referensi tersebut, ada suatu kasus dimana seseorang yang telah menjadi Zombie tersadar kembali menjadi manusia normal. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1962 di Haiti, seorang laki-laki yang bernama Claivius Narcisse dijual kepada seorang tuan Zombie oleh saudara laki-lakinya nya. Hal tersebut dilakukan karena Clairvius menolak menjual bagian warisannya berupa tanah keluarga. Segera saja Clairvius dibuat meninggal dan dikuburkan. Namun,sebenarnya ia tidak benar-benar mati,namun malah dijadikan zombie dan diperkerjakan di perkebunan tebu bersama para pekerja zombie lainnya. Dua tahun kemudian, si tuan Zombie pun meninggal dunia dan Clavius ini mengembara melintasi pulau dalam keadaan linglung selama 16 tahun. Setelah itu, pengaruh obat-obatan yang ada pada dirinya berangsur-angsur menghilang. Pada tahun 1980, Claivius menemukan saudara perempuannya di suatu pasar. Pada mulanya saudarinya itu tidak mengenal dirinya. Namun setelah Claivius menceritakan berbagai pengalaman mereka pada waktu masa kecil yang hanya mereka sendiri yang tahu, akhirnya saudarinya itu percaya.

Dalam referensi tersebut juga disebutkan bahwasanya ada ahli etnobiologi bernama Dr. Wade Davis dari Harvard University, pergi ke Haiti untuk menyelidiki kebenaran tentang cerita tersebut. Dr. Wade tersebut bahkan menemukan proses pembuatan Zombie. Untuk bahan-bahan kimia pembuatan Zombie adalah sebagai berikut :
  • Kulit Katak. Kulit katak yang biasa disebut “bufo bufo bufo”. Ada 3 kandungan kimia pada kulit katak tersebut yaitu biogenik amina, bufogenik, dan bufotoksin. Salah satu efeknya adalah menghilangkan rasa sakit lebih kuat dari kokain.

  • Ikan Puffer. Ikan puffer dikenal dengan nama fugo di Jepang. Ikan Puffer ini mengandung Racun yang disebut sebagai “tetrodotoksin” yaitu racun syaraf yang mematikan. Efeknya lebih kuat 160000 kali dari kokain. Banyak kasus dimana ada orang yang sadar setelah dinyatakan mati selama beberapa hari akibat memakan racun ini. Ikan fugo sebenarnya dapat dimakan tapi harus diolah oleh orang yang ahli sehingga racun yang terdapat pada kelenjar antara kulit dan sisik ikan fugo tersebut hilang. Daging dan otaknya mengandung berbagai lemak dan protein yang sangat baik untuk tubuh.

  • Datura (rumput jimpson) atau nama latinnya brugmansia candida. Datura mengandung bahan kimia antropin, hyoskiamin, dan skopolamin, yang dapat memberikan efek halusinogen kuat jika diberikan dalam dosis yang tepat. Selain itu, zat-zat kimia ini juga dapat menghapus ingatan, menyebabkan kelumpuhan dan kematian.

Di Haiti kebanyakan Zombie dibuat dari orang yang sudah dikuburkan, namun belum sepenuhnya meninggal. Karena udaranya yang sangat panas di Haiti, orang yang sudah dianggap meninggal akan segera dikuburkan agar tidak membusuk. Padahal, belum tentu orang tersebut sudah meninggal sepenuhnya, bisa saja orang tersebut pingsan, koma, mati suri, atau sebagainya. Keadaan ini dimanfaatkan oleh para tuan Zombie untuk menggali kuburan dan mencari-cari orang yang masih ‘hidup’ lalu dengan segera ia memberi ramuan kulit katak dan ikan puffer untuk semakin memperlambat aliran darah dan detak jantung ditambah dengan ramuan rumput jimpsons untuk menghilangkan ingatan dan memutus hubungan si calon Zombie dengan realitas, bahkan hingga tidak mengenali dirinya sendiri. Kemudian, Zombie ini akan dijadikan budak, biasanya bekerja di perkebunan tebu. Jika para Zombie seakan-akan terlihat mulai pulih, maka tuan Zombie memberikan kembali ramuan rumput jimpsons.

Jika anda masih penasaran anda dapat mencari referensi lain seperti di bawah ini:
  • Caulfield, Catherine, “The Chemistry of The Living Dead”, New Scientist, 15 Desember 1983, hlm. 796.
  • Isbister, Geoffrey K. dkk., “Puffer fish poisoning : a potentially life-threatening condition”, Medical Journal of Australia, 2/16 Desember 2002, hlm. 650 – 653.
  • Kruszelnicki, Karl Dr.,”Great Mythconceptions”, Harper Collins Publishers Pty Ltd, Australia, 2004.

Jadi kesimpulan yang dapat ditarik adalah ternyata Zombie tidak seperti yang ada di film atau game yang digambarkan begitu menakutkan, penuh dengan darah dan selalu menyerang manusia. Dan apa yang menjadi ketakutan saya hanyalah khayalan yang tidak terbukti benar.