Jumat, 01 Mei 2009

The Light Of God


Cerita kali ini masih berfokus pada nilai-nilai kebenaran yang tercakup dalam The Golden Rules seperti tidak boleh berbohong, harus jujur, adil, saling mengasihi antar sesama manusia, penuh kasih sayang dan sebagainya. Dengan berbekal The Golden Rules tersebut maka perjuangan hidup kita untuk mencapai tujuan, akan jauh lebih bermakna.

Bryan hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri dipinggir jalan itu, tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita tua itu membutuhkan pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiacnya di depan mobil Mecedes wanita tua itu, lalu ia keluar dan menghampirinya.

Walaupun dengan wajah tersenyum wanita itu tetap merasa khawatir, karena setelah menunggu beberapa jam tidak ada seorang pun yang menolongnya.

Apakah lelaki itu bermaksud menyakitinya?

Lelaki tersebut penampilanya tidak terlalu baik, ia kelihatan begitu memprihatinkan. Wanita itu dapat merasakan kalau dirinya begitu ketakutan, berdiri sendirian dalam cuaca yang begitu dingin, sepertinya lelaki tersebut tau apa yang ia pikirkan. Lelaki itu berkata "Saya kemari untuk membantu anda bu, kenapa anda tidak menunggu didalam mobil bukankah disana lebih hangat? oh ya nama saya Bryan.”

Bryan masuk kedalam kolong mobil wanita itu untuk memperbaiki yang rusak.

Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor dan lelah, wanita itu membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara kepadanya, ia berkata bahwa ia dari St. Louis dan kebetulan lewat jalan ini. Dia merasa tidak cukup kalau hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.

Wanita itu berkata berapa yang harus ia bayar, berapapun jumlahnya yang ia minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa yang akan terjadi jika lelaki tersebut tidak menolongnya. Bryan hanya tersenyum.

Bryan tidak mengatakan berapa jumlah yang harus dibayar, karena baginya menolong orang bukanlah suatu pekerjaan. Ia yakin apabila menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan suatu hari nanti Tuhan pasti akan membalas amal perbuatanya.

Ia berkata kepada wanita itu " Bila ia benar-benar ingin membalas jasanya, maka apabila suatu saat nanti apabila ia melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan maka tolonglah orang tersebut "...dan ingatlah pada saya".

Bryan menunggu sampai wanita itu menstater mobilnya dan menghilang dari pandangan.

Setelah berjalan beberapa mil wanita itu melihat kafe kecil, lalu ia mampir kesana untuk makan dan beristirahat sebentar. Pelayan datang dan memberikan handuk bersih untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Wanita itu memperhatikan sang pelayan yang sedang hamil, dan masih begitu muda. Lalu ia teringat kepada Bryan

Setelah wanita itu selesai makan dan, sang pelayan sedang mengambil kembalian untuknya, wanita itu pergi keluar secara diam-diam.

Setelah kepergiannya sang pelayan kembali, pelayan itu bingung kemana wanita itu pergi, lalu ia menemukan secarik kertas diatas meja dan uang $1000. Ia begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis oleh wanita itu:

"Kamu tidak berhutang apapun pada saya karena seseorang telah menolong saya, oleh karena itulah saya menolong kamu, maka inilah yang harus kamu lakukan:

"Jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta dan kasih sayang".

Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, ia berpikir mengenai uang dan apa yang di tulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia dan suaminya sangat membutuhkan uang untuk menanti kelahiran bayinya?

Ia tahu bagaimana suaminya sangat risau mengenai hal ini, lalu ia memeluk suaminya yang terbaring disebelahnya dan memberikan ciuman yang lembut sambil berbisik: "semuanya akan baik-baik saja, I Love You Bryan".

Pesan moral dari cerita di atas:

Dalam diri setiap manusia terdapat Light yang berasal dari Sang Khalik. Light ini masih berupa benih atau potensi sehingga perlu untuk dirawat, dipupuk dan diwujudkan. Yang menjadi masalah bila potensi tersebut tidak ditumbuhkan tetapi yang ditumbuhkan justru benih-benih penganggu (Darkness). Benih-benih Darkness ini berupa ego contoh: kamu lebih baik dari yang lain, kamu pandai dan dia bodoh dan masih banyak lagi contoh lainnya. Akhirnya ego-ego tersebut justru akan menutup dan membelenggu Light dalam diri kita. Semoga cerita mengenai benih/potensi kebaikan ini dapat menumbuhkan, merawat atau bahkan dapat mewujudkan potensi Light dalam diri kita yang pada akhirnya dapat digunakan untuk kebaikan umat manusia. Everyone has darkness in their hearts, but they fight against it, right?

Kebahagiaan


Sering kali pikiran kita terbebani oleh berbagai macam hal dalam hidup seperti pekerjaan sekolah, kantor atau rumah yang belum terselesaikan, target yang belum tercapai dan masih banyak lagi. Selain berbagai macam hal tersebut, ada juga perasaan kecewa, sakit hati, marah, dendam dan berbagai macam perasaan lain yang masih terpendam di dalam hati. Pola pikir (mindset) kita kemudian terfokus pada beban-beban tersebut, sehingga hari-hari yang kita jalani menjadi tidak bahagia karena begitu terasa berat, melelahkan dan penuh penderitaan.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya kembali lagi ingin berbagi insight / kairos kepada rekan-rekan sekalian sehingga dengan membaca cerita di bawah ini dapat kembali membangkitkan fighting spirit yang redup menjadi fighting spirit yang kembali berkobar-kobar.

Seorang Kakek berumur 92 tahun yang mempunyai selera tinggi, percaya diri, dan bangga akan dirinya sendiri, yang selalu berpakaian rapi setiap hari sejak jam 8 pagi, dengan rambutnya yang teratur rapi meskipun dia buta, masuk ke panti jompo hari ini. Istrinya yang berumur 70 tahun baru-baru ini meninggal, sehingga dia harus masuk ke panti jompo.

Setelah menunggu dengan sabar selama beberapa jam di lobi, dia tersenyum manis ketika diberi tahu bahwa kamarnya telah siap. Ketika Kakek itu berjalan mengikuti penunjuk jalan ke elevator, si pengurus menggambarkan keadaan kamarnya yang kecil, termasuk gorden yang ada di jendela kamarnya.

"Saya menyukainya", katanya dengan antusias seperti seorang anak kecil berumur 8 tahun yang baru saja mendapatkan seekor anjing. "Kakek kan belum melihat kamarnya", sahut si pengurus heran. "Itu tidak ada hubungannya nak..", jawab Kakek tersebut sembari tersenyum.

"Kebahagiaan adalah sesuatu yang diputuskan di awal."

Apakah aku akan menyukai kamarku atau tidak, tidak tergantung dari bagaimana perabotannya diatur tapi bagaimana aku mengatur pikiranku. Aku sudah memutuskan menyukainya. Itu adalah keputusan yang kubuat setiap pagi ketika aku bangun tidur."

"Aku punya sebuah pilihan, aku bisa menghabiskan waktu di tempat tidur menceritakan kesulitan-kesulitan yang terjadi padaku karena ada bagian tubuhnya yang tidak bisa berfungsi lagi, atau turun dari tempat tidur dan berterima kasih atas bagian-bagian yang masih berfungsi."

"Setiap hari adalah hadiah, dan selama mataku terbuka, aku akan memusatkan perhatian pada hari yang baru dan semua kenangan indah dan bahagia yang pernah kualami dan kusimpan."

Hanya untuk kali ini dalam hidupku. Umur yang sudah tua adalah seperti simpanan di bank, dan sekarang aku akan mengambil dari yang telah aku simpan selama ini.

Jadi, nasehatku padamu adalah untuk menyimpan sebanyak-banyaknya kebahagiaan di bank kenangan kita.

Terima kasih padamu yang telah mengisi bank kenanganku. Aku sedang menyimpannya.”

Pesan moral dari cerita tersebut:
Kebahagiaan dalam hidup itu tidak ditentukan dari banyaknya hal-hal yang kita miliki tetapi bagaimana kita bersyukur atas segala yang kita miliki. Maka mulailah dengan lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia: (1) Bebaskan hatimu dari rasa benci, (2) Bebaskan pikiranmu dari segala kekhawatiran, (3) Hiduplah dengan sederhana, (4) Memberi lebih, dan (5) Tidak mengharapkan balasan lalu perhatikanlah apa yang terjadi.